Kuliah Lapangan 2011

Idham samawi     Setelah kuliah umum dengan Hery Zudianto, Jurusan PMI kembali menggelar kuliah umum dengan Idham Samawi (mantan bupati Bantul). Beliau berbicara tentang hilangnya nasionalisme, peran negara, dan penetrasi asing.

     Serbuan globalisasi demikian gencar, bukan saja memasuki halaman rumah kita, tetapi telah masuk sampai ke dapur dan kamar tidur kita. Memudarnya identitas kebangsaan terjadi akibat dari kuatnya penetrasi budaya asing dan melemahnya daya tahan budaya kita. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak banyak merasakan kehadiran negara. Hilangnya peran negara untuk melindungi masyarakat mengakibatkan merosotnya daya tahan budaya dan dapat menjadi jalan bagi erosi yang menjebol benteng kebangsaan kita.

     Jika kita melihat sistem ekonomi yang sedang kita pakai nampak secara terang benderang rakyat sebetulnya tengah dibiarkan berada dalam suatu arena pertarungan bebas, dimana yang kuat akan berhadapan dengan yang lemah dan demikian sebaliknya. Muncul kecenderungan peran negara untuk memberikan proteksi pada yang lemah dan juga subsidi bagi yang tidak mampu, berusaha ditekan sedemikian rupa. Pada intinya kita melihat adanya dorongan agar mekanisme pasar berjalan tanpa keterlibatan negara. Sementara itu, di negara-negara besar, mereka justru memberikan proteksi dan subsidi, terutama pada produk pertanian dan industri kecil mereka. Keadaan yang kontras ini, tentu saja dapat menjadi ancaman nyata bagi kekuatan produktif bangsa kita, yang akan mudah tergerus dan hancur.

     Dari kesemuanya itu, apa yang paling kita khawatirkan? Yakni: Pertama, bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa yang tidak memiliki kedaulatan atas tanah airnya, karena dengan skema yang ada membuat Indonesia makin tergantung pada bangsa lain, dan pada akhirnya bangsa ini hanya akan menjadi penyuplai bahan yang berasal dari sumberdaya alam kita, baik tambang, hasil hutan ataupun yang lain. Ekonomi kita saat ini hanyalah ekonomi tebang, keruk dan jual. Kedua, bangsa Indonesia hanya akan menjadi bangsa kuli, karena dengan skema yang ada, kita akan sulit untuk meningkatkan produksi nasional, dan dengan demikian lapangan kerja tidak menjadi semakin lebar, malah sebaliknya. Dan ketiga, bangsa Indonesia hanya akan menjadi pasar dari produk-produk luar. Saat ini kita sudah merasakan sendiri. Jika kita periksa barang yang ada di dalam rumah, maka akan tampak betapa sedikit produk yang merupakan buatan bangsa sendiri.

     Benarkah bangsa Indonesia tidak mampu mengatasi gelombang globalisasi yang berpotensi menenggelamkan Indonesia ? Sebagai bangsa yang memiliki semua syarat untuk tumbuh menjadi bangsa besar, kita sebenarnya punya potensi untuk maju. Masalah yang dihadapi bangsa ini sesungguhnya akan dapat diatasi manakala kita mampu mentransformasikan watak kekuasaan negara, agar dapat sejalan dengan garis ideology dan konstitusi bangsa. Kita dapat mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan ideology, yakni kebijakan yang berpihak pada rakyat. Ketika negara mampu memahami persoalan rakyat dan mengambil harapan-harapan rakyat dalam perencanaan pembangunan pada gilirannya menjadi kunci dalam proses pembangunan.

 

 

Pos ini dipublikasikan di Berita. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar